MALANG - Kabupaten Malang merupakan salah satu sentra produksi susu di provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), populasi ternak sapi perah di Jawa Timur mencapai 81.150 ekor dan 20.411 ekornya berasal dari Pujon – Kabupaten Malang. Sehingga daerah Pujon sangat potensial untuk pengembangan usaha budidaya sapi perah.
Menurut Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Dr. Ir. Hermanto., M.P., salah satu program pengembangan peternakan sapi perah dengan meningkatkan populasi dan daya produksi susu yang lebih baik. Pembentukan kawasan sumber bibit melalui kelompok pembibit dapat menunjang program tersebut.
“Kelahiran pedet (anak sapi) sapi perah menjadi faktor penting dalam aktivitas produksi usaha peternakan sapi perah, baik produksi bibit maupun produksi susu sehingga diperlukan evaluasi kelahiran pedet sapi perah sebagai penunjang manajemen produksi yang baik, ” ujar Hermanto, Senin (22/8/2022).
Menyikapi hal itu, Hermanto berkolaborasi dengan dosen-dosen UB yang tergabung dalam Doktor Mengabdi melakukan penerapan Inseminasi buatan (IB) untuk meningkatkan keberhasilan kebuntingan ternak sapi perah kepada anggota koperasi SAE Pujon. Tim terdiri dari Dr. Nanang Febrianto, S.Pt. M.P. (Fapet), Dr. Ir. Ary Mustofa Ahmad, M.P. (Fakultas Teknologi Pertanian), Aulia Puspita Anugra Yekti, S.Pt. MP. M.Sc. (Fapet), dan Onni Meirezaldi, S.sos. M.M. (Fakultas Ilmu Administrasi).
Baca juga:
Peminat SNMPTN UB 2022 Sebanyak 40.094
|
Hermanto yang bertindak sebagai ketua tim memaparkan permasalahan utama peternak di Koperasi SAE adalah kurangnya pengetahuan tentang manajemen reproduksi. Oleh karenanya perlu digalakkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak tentang penerapan manajemen reproduksi, terutama dalam hal deteksi birahi dan IB yang bertujuan meningkatkan jumlah kebuntingan hasil IB dan mutu genetik anak yang lahir, sehingga produksi susu juga meningkat.
Metode IB yang diajarkan menggunakan sperma (semen) sapi pejantan unggul dari jenis Friesian Holstein (FH) Pure Breed. Mereka menerapkan metode double dosis, yaitu dalam satu kali proses IB, menggunakan dua straw dengan jumlah spermatozoa yang lebih banyak, agar dapat meningkatkan peluang keberhasilan kebuntingan.
“Kami berharap dengan metode ini, akan memperoleh keturunan sapi perah FH yang memiliki mutu genetik unggul dan produksi susu lebih tinggi. Serta menghasilkan nilai conception rate yang lebih baik sehingga meningkatkan jumlah betina bunting, ” pungkas Hermanto. (dta/Humas UB)